Islam adalah
agama yang mengatur tatanan kehidupan manusia dengan sempurna, tentang
kehidupan individu maupun masyarakat--baik aspek rasio, materi, maupun
spiritual. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman (petunjuk) ummat Islam,
agar dalam mengarungi hidup sesuai dengan tata aturanNya. “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa” (Al-Baqarah: 2).
Al-Qur’an ialah kitab suci yang harus senantiasa dibaca dan ditadabburi agar
ummat Islam mampu memahami dan mengamalkan isi kandungan dari tiap
ayat-ayatnya. Jika ingin mengenal Islam lebih dalam, maka pelajarilah Al-Qur’an.
Demikian nasehat para ulama. Banyak hal yang bisa dipelajari dari surah-surah
yang terdapat dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah Surah Al-Anfal.
Al-Anfal artinya
harta rampasan perang, yang mana surah ini terdiri atas 75 ayat dan termaksud
golongan surah Madaniyah. Q.S. Al-Anfal
membahas mengenai perang Badar yang mana merupakan perang pertama dalam skala
besar yang dilakukan oleh kaum Muslimin melawan kaum Quraisy. Pada perang
tersebut, kondisi kaum Muslimin sangatlah tidak memungkinkan untuk memperoleh
kemenangan. Sebab dilihat dari jumlah pasukan saja, kaum Muslimin sangatlah
sedikit jika dibandingkan jumlah kaum Quraisy. Perlengkapan kaum Muslimin pun
tak selengkap kaum Quraisy. Namun sebab pertolongan Allah, atas izinNya, kaum
Muslimin memenangkan peperangan. Dan karena kemenangan tersebut, kaum Muslimin
memperselisihkan harta rampasan perang yang didapatkan dari kaum Quraisy. Peristiwa
ini pulalah yang menjadi sebab turunnya surah Al-Anfal.
Jika kita
membaca sejarah peristiwa perang Badar, maka kita akan bersepakat bahwa
peristiwa tersebut menjadi batu loncatan pertama kaum muslimin untuk melebarkan
sayap dakwahnya, apalagi setelah berhasil mengalahkan kaum Quraisy yang sangat
membenci Islam sejak awal kedatangannya. Perang Badar, ialah sebuah ujian dan
hadiah yang Allah swt berikan bagi Rasulullah dan kaum Muslimin saat itu.
Ujian, dimana Allah ingin melihat manakah dari hambaNya yang benar-benar
beriman dan tidak. Benar-benar beriman, artinya ialah senantiasa ta’at kepada
perintah Allah dan RasulNya dalam berbagai hal dan kondisi. Siapakah orang-orang yang benar-benar
beriman tersebut? Mereka adalah orang-orang yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka bertambah kuat
imannya, hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, melaksanakan salat, dan
menginfakkan sebagian dari rezeki yang Allah berikan kepada mereka. Hadiah,
bilamana kaum Muslimin berhasil melewati ujian tersebut dan termaksud dalam
golongan orang-orang yang benar-benar beriman, maka mereka akan memperoleh
derajat yang tinggi di sisi Tuhannya, memperoleh ampunan, serta rezki (nikmat)
yang mulia; memperoleh pertolongan dan kemenangan dari Allah swt.
Proses
perjuangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin dalam menghadapi perang Badar dan
ujian yang Allah berikan sungguhlah luar biasa. Sejak semula sebagian dari
pasukan kaum Muslimin tidak menyukai untuk berperang di jalan Allah, sebab hal
tersebut akan menggiring mereka kepada kematian. Bagaimana tidak, rencana awal
mereka hanyalah mencegat sekelompok pedagang kafir Quraisy yang hendak
melintasi kawasan Badar. Namun ternyata ketika di sana, pasukan kafir Quraisy
sangat banyak dan siap untuk melakukan peperangan, sedang mereka tak memiliki
persiapan apapun. Namun karena keta’atan mereka kepada Allah dan RasulNya,
merekapun akhirnya memutuskan untuk melakukan peperangan.
Dikisahkan
Rasulullah saw beserta para sahabat berjalan menuju Badar dan langsung
mengambil posisi yang menguntungkan. Setelah orang-orang musyrik muncul dan
kedua pihak saling melihat, beliau berdiri memohon pertolongan kepada Allah,
diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan rendah diri di hadapanNya.
Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin
untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan kemenangan yang tak akan lama lagi
diraih. Beliau juga mengabarkan, bahwa Allah menjanjikan masuk surga, bagi
siapapun yang syahid di jalanNya. Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa
Rasulullah senantiasa terus memperbanyak doa, dengan penuh ketundukan dan
khusyu’, sehingga Abu Bakar iba melihat beliau seraya berkata “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di
tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janjiNya
kepadaMu.” Salah satu dari doa beliau, “Ya
Allah, inilah orang-orang Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan
kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya Allah, tunaikanlah kemenangan yang
telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari…”.
Pertempuran dimulai pada pagi hari tahun kedua hijriyah. Rasulullah mengambil
seganggam krikil dan melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata, “Hancurlah wajah-wajah mereka!” sehingga
menimpa mata semua pasukan Quraisy. Allah pun mendukung kaum muslimin dengan
bala bantuan berupa Malaikat. Akhirnya, kemenangan besar diraih kaum muslimin.
Ada 70 musyrikin yang terbunuh dan 70 orang yang tertawan, sedangkan ada 14
orang dari kaum muslimin yang menggapai syahid.
Begitu banyak
pelajaran dan hikmah yang dipetik dari peristiwa perang Badar di atas. Ia
menjelaskan kepada kita terkait prinsip-prinsip keimanan dan problematika yang
dihadapi Rasulullah saw terkait para sahabatnya, kekuatan do’a dalam hidup,
kekuasaan dan kebesaran Allah swt, serta etika berdakwah dan berperang di
jalanNya. Alangkah indahnya jika hal tersebut terilhami oleh seluruh ummat
Islam, walkhusus kita para pelaku dakwah. Setidaknya, kita bisa menyelesaikan
kompleksitas problem ummat yang terjadi saat ini.
Ummat muslim
hari ini sudah terlalu jauh dari ajaran agamanya. Mereka terlalu asyik dengan
kehidupan duniawi, sampai lupa tujuan dan hakikat penciptaan mereka—sampai tak
sadar jika kita (ummat Islam) tengah diserang oleh musuh-musuh Islam melalui
perang pemikiran. Tauhid yang tak lagi dibenarkan, aqidah yang mulai
menyimpang, keburukan akhlak yang makin meningkat, terus saja menimpa ummat
Islam. Hingga tak nampak jelas lagi, kebenaran dan kesalahan. Semuanya seperti
abu-abu. Maka mereka yang tak memiliki dasar keimanan yang kokoh, akan mudah
saja melanggar perintahNya hingga tak lagi menjadi hamba yang harusnya ta’at
pada Robb dan RasulNya. Sebut saja negara kita, Indonesia. negara kedua yang
penduduknya mayoritas muslim (katanya), namun kenyataannya kehidupan berbangsa
dan bernegaranya sangat jauh dari nilai-nilai Islam. ketimpangan terjadi
dimana-mana; kemiskinan, kejahatan, dan korupsi semakin merajalela; hukum yang
tidak berkeadilan—membela yang berkuasa dan menindas yang lemah; kepemimpinan
yang tak pro rakyat; kebohongan public yang telah menjadi budaya
pemerintah—kebenaran disalahkan sedang kesalahan dibenarkan; dsb.
Musuh-musuhnya
Islam kini semakin bertambah kuat—semakin berkuasa. Orang-orang munafik dalam
tubuh Islam pun semakin banyak dan orang-orang yang mau memperjuangkannya pun sangat
sedikit. Ditambah dengan adanya penyakit Wahn yang menggorogoti ummat Islam
hari ini. sebagaimana hadis Rasulullah saw, “Nanti ummat ini akan dikepung oleh bangsa-bangsa
lain. Sebagaimana orang yang makan itu mengepung nampan nasinya. Sebagian sahabat
bertanya: “Apakah jumlah kita sedikit pada waktu itu?
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak sekali pada
waktu itu, akan tetapi (kualitas) kamu seperti buih, buih arus. Dan sungguh
Allah akan mencabut dari jiwa musuh-musuh kamu rasa takut dari kamu. Dan
selanjutnya Dia menanamkan penyakit “wahn” pada hati kamu. Sebagian sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, apa wahn itu? Beliau bersabda: “Hubbud dunya (cinta
dunia) dan benci kematian.” (HR. Abu Daud dan Ahmad). Akan tetapi, hal itu tak boleh menyurutkan semangat dakwah kita
untuk menegakkan al-haq dan mencegah kemungkaran. Tetaplah yakin bahwa Allah
akan senantiasa menjaga dan menolong agama ini. Banyak cara Allah dalam memenangkan dakwah kaum muslimin. Di antaranya
dengan menurunkan bantuan melalui para malaikat-Nya, menidurkan mereka sehingga
hati mereka tenang, menurunkan hujan, meneguhkan hati mereka dan menimpakan
rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir sehingga orang-orang kafir itu mudah
dikalahkan dan dibunuh. Demikian cara Allah untuk memberikan siksaan dan azab
di dunia kepada kaum kafir.
Tugas kita hari
ini ialah menjadi bagian dari golongan orang-orang yang benar-benar beriman kepada
Allah swt. Menta’atiNya dan menta’ati RasulNya adalah bukti konkret keimanan. Selain
itu, senantiasalah menjalin hubungan baik antar sesama dengan penuh kecintaan
dan meninggalkan pertengkaran agar tercipta kedaimaian dan ketentraman. Ketika
kita berjuang (berperang) di jalan Allah, maka mundur ataupun lari saat
berhadapan dengan kedzoliman (musuh) ialah sikap yang tak boleh dilakukan, kecuali berbelok untuk berperang dari arah
lain, atau bergabung dengan kelompok mukmin yang lain. Sebab, lari atau mundur
dari medan juang dan perang itu adalah dosa besar.
Mari perbanyak
do’a kita untuk dakwah ini. karena doa
memiliki peran yang sangat besar dalam menghadapi berbagai cobaan dan ancaman
dalam berjuang dan berperang di jalan Allah. Doa juga senjata kaum muslimin. Hal
tersebut membuktikan bahwa kemenangan itu hanya dari Allah, bukan karena
kehebatan mahlukNya. Jumlah pasukan kaum muslimin saat perang Badar menjadi
bukti. Berkat doa Rasulullah, Perang Badar dimenangkan kaum muslimin. Maka, doa
dan amal ialah dua kewajiban yang harus dilakukan.
*Ditulis sebagai syarat mengikuti DM 3
Deadline: 21 Juni 2017, pukul 00.00 wib
Semoga ada harapan...
Kendari, 22/06/2017
pukul 01.47 wita, Ramadhan ke 27
pukul 01.47 wita, Ramadhan ke 27
Qamra 'Awanta
Jadilah bagian dari golongan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt
