Rabu, 21 Juni 2017

Keimanan yang Benar, Menghasilkan Kemenangan




Islam adalah agama yang mengatur tatanan kehidupan manusia dengan sempurna, tentang kehidupan individu maupun masyarakat--baik aspek rasio, materi, maupun spiritual. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman (petunjuk) ummat Islam, agar dalam mengarungi hidup sesuai dengan tata aturanNya. “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa(Al-Baqarah: 2). Al-Qur’an ialah kitab suci yang harus senantiasa dibaca dan ditadabburi agar ummat Islam mampu memahami dan mengamalkan isi kandungan dari tiap ayat-ayatnya. Jika ingin mengenal Islam lebih dalam, maka pelajarilah Al-Qur’an. Demikian nasehat para ulama. Banyak hal yang bisa dipelajari dari surah-surah yang terdapat dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah Surah Al-Anfal.

Al-Anfal artinya harta rampasan perang, yang mana surah ini terdiri atas 75 ayat dan termaksud golongan surah Madaniyah.  Q.S. Al-Anfal membahas mengenai perang Badar yang mana merupakan perang pertama dalam skala besar yang dilakukan oleh kaum Muslimin melawan kaum Quraisy. Pada perang tersebut, kondisi kaum Muslimin sangatlah tidak memungkinkan untuk memperoleh kemenangan. Sebab dilihat dari jumlah pasukan saja, kaum Muslimin sangatlah sedikit jika dibandingkan jumlah kaum Quraisy. Perlengkapan kaum Muslimin pun tak selengkap kaum Quraisy. Namun sebab pertolongan Allah, atas izinNya, kaum Muslimin memenangkan peperangan. Dan karena kemenangan tersebut, kaum Muslimin memperselisihkan harta rampasan perang yang didapatkan dari kaum Quraisy. Peristiwa ini pulalah yang menjadi sebab turunnya surah Al-Anfal. 

Jika kita membaca sejarah peristiwa perang Badar, maka kita akan bersepakat bahwa peristiwa tersebut menjadi batu loncatan pertama kaum muslimin untuk melebarkan sayap dakwahnya, apalagi setelah berhasil mengalahkan kaum Quraisy yang sangat membenci Islam sejak awal kedatangannya. Perang Badar, ialah sebuah ujian dan hadiah yang Allah swt berikan bagi Rasulullah dan kaum Muslimin saat itu. Ujian, dimana Allah ingin melihat manakah dari hambaNya yang benar-benar beriman dan tidak. Benar-benar beriman, artinya ialah senantiasa ta’at kepada perintah Allah dan RasulNya dalam berbagai hal dan kondisi. Siapakah orang-orang yang benar-benar beriman tersebut? Mereka adalah orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka bertambah kuat imannya, hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Allah berikan kepada mereka. Hadiah, bilamana kaum Muslimin berhasil melewati ujian tersebut dan termaksud dalam golongan orang-orang yang benar-benar beriman, maka mereka akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Tuhannya, memperoleh ampunan, serta rezki (nikmat) yang mulia; memperoleh pertolongan dan kemenangan dari Allah swt.

Proses perjuangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin dalam menghadapi perang Badar dan ujian yang Allah berikan sungguhlah luar biasa. Sejak semula sebagian dari pasukan kaum Muslimin tidak menyukai untuk berperang di jalan Allah, sebab hal tersebut akan menggiring mereka kepada kematian. Bagaimana tidak, rencana awal mereka hanyalah mencegat sekelompok pedagang kafir Quraisy yang hendak melintasi kawasan Badar. Namun ternyata ketika di sana, pasukan kafir Quraisy sangat banyak dan siap untuk melakukan peperangan, sedang mereka tak memiliki persiapan apapun. Namun karena keta’atan mereka kepada Allah dan RasulNya, merekapun akhirnya memutuskan untuk melakukan peperangan. 

Dikisahkan Rasulullah saw beserta para sahabat berjalan menuju Badar dan langsung mengambil posisi yang menguntungkan. Setelah orang-orang musyrik muncul dan kedua pihak saling melihat, beliau berdiri memohon pertolongan kepada Allah, diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan rendah diri di hadapanNya. Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan kemenangan yang tak akan lama lagi diraih. Beliau juga mengabarkan, bahwa Allah menjanjikan masuk surga, bagi siapapun yang syahid di jalanNya. Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa terus memperbanyak doa, dengan penuh ketundukan dan khusyu’, sehingga Abu Bakar iba melihat beliau seraya berkata “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janjiNya kepadaMu.” Salah satu dari doa beliau, “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya Allah, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari…”. Pertempuran dimulai pada pagi hari tahun kedua hijriyah. Rasulullah mengambil seganggam krikil dan melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata, “Hancurlah wajah-wajah mereka!” sehingga menimpa mata semua pasukan Quraisy. Allah pun mendukung kaum muslimin dengan bala bantuan berupa Malaikat. Akhirnya, kemenangan besar diraih kaum muslimin. Ada 70 musyrikin yang terbunuh dan 70 orang yang tertawan, sedangkan ada 14 orang dari kaum muslimin yang menggapai syahid.

Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang dipetik dari peristiwa perang Badar di atas. Ia menjelaskan kepada kita terkait prinsip-prinsip keimanan dan problematika yang dihadapi Rasulullah saw terkait para sahabatnya, kekuatan do’a dalam hidup, kekuasaan dan kebesaran Allah swt, serta etika berdakwah dan berperang di jalanNya. Alangkah indahnya jika hal tersebut terilhami oleh seluruh ummat Islam, walkhusus kita para pelaku dakwah. Setidaknya, kita bisa menyelesaikan kompleksitas problem ummat yang terjadi saat ini. 

Ummat muslim hari ini sudah terlalu jauh dari ajaran agamanya. Mereka terlalu asyik dengan kehidupan duniawi, sampai lupa tujuan dan hakikat penciptaan mereka—sampai tak sadar jika kita (ummat Islam) tengah diserang oleh musuh-musuh Islam melalui perang pemikiran. Tauhid yang tak lagi dibenarkan, aqidah yang mulai menyimpang, keburukan akhlak yang makin meningkat, terus saja menimpa ummat Islam. Hingga tak nampak jelas lagi, kebenaran dan kesalahan. Semuanya seperti abu-abu. Maka mereka yang tak memiliki dasar keimanan yang kokoh, akan mudah saja melanggar perintahNya hingga tak lagi menjadi hamba yang harusnya ta’at pada Robb dan RasulNya. Sebut saja negara kita, Indonesia. negara kedua yang penduduknya mayoritas muslim (katanya), namun kenyataannya kehidupan berbangsa dan bernegaranya sangat jauh dari nilai-nilai Islam. ketimpangan terjadi dimana-mana; kemiskinan, kejahatan, dan korupsi semakin merajalela; hukum yang tidak berkeadilan—membela yang berkuasa dan menindas yang lemah; kepemimpinan yang tak pro rakyat; kebohongan public yang telah menjadi budaya pemerintah—kebenaran disalahkan sedang kesalahan dibenarkan; dsb. 

Musuh-musuhnya Islam kini semakin bertambah kuat—semakin berkuasa. Orang-orang munafik dalam tubuh Islam pun semakin banyak dan orang-orang yang mau memperjuangkannya pun sangat sedikit. Ditambah dengan adanya penyakit Wahn yang menggorogoti ummat Islam hari ini. sebagaimana hadis Rasulullah saw, “Nanti ummat ini akan dikepung oleh bangsa-bangsa lain. Sebagaimana orang yang makan itu mengepung nampan nasinya. Sebagian sahabat bertanya: “Apakah jumlah kita sedikit pada waktu itu? Beliau menjawab: “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak sekali pada waktu itu, akan tetapi (kualitas) kamu seperti buih, buih arus. Dan sungguh Allah akan mencabut dari jiwa musuh-musuh kamu rasa takut dari kamu. Dan selanjutnya Dia menanamkan penyakit “wahn” pada hati kamu. Sebagian sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa wahn itu? Beliau bersabda: “Hubbud dunya (cinta dunia) dan benci kematian.” (HR. Abu Daud dan Ahmad). Akan tetapi, hal itu tak boleh menyurutkan semangat dakwah kita untuk menegakkan al-haq dan mencegah kemungkaran. Tetaplah yakin bahwa Allah akan senantiasa menjaga dan menolong agama ini. Banyak cara Allah dalam memenangkan dakwah kaum muslimin. Di antaranya dengan menurunkan bantuan melalui para malaikat-Nya, menidurkan mereka sehingga hati mereka tenang, menurunkan hujan, meneguhkan hati mereka dan menimpakan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir sehingga orang-orang kafir itu mudah dikalahkan dan dibunuh. Demikian cara Allah untuk memberikan siksaan dan azab di dunia kepada kaum kafir.

Tugas kita hari ini ialah menjadi bagian dari golongan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt. Menta’atiNya dan menta’ati RasulNya adalah bukti konkret keimanan. Selain itu, senantiasalah menjalin hubungan baik antar sesama dengan penuh kecintaan dan meninggalkan pertengkaran agar tercipta kedaimaian dan ketentraman. Ketika kita berjuang (berperang) di jalan Allah, maka mundur ataupun lari saat berhadapan dengan kedzoliman (musuh) ialah sikap yang tak boleh dilakukan, kecuali berbelok untuk berperang dari arah lain, atau bergabung dengan kelompok mukmin yang lain. Sebab, lari atau mundur dari medan juang dan perang itu adalah dosa besar. 

Mari perbanyak do’a kita untuk dakwah ini. karena doa memiliki peran yang sangat besar dalam menghadapi berbagai cobaan dan ancaman dalam berjuang dan berperang di jalan Allah. Doa juga senjata kaum muslimin. Hal tersebut membuktikan bahwa kemenangan itu hanya dari Allah, bukan karena kehebatan mahlukNya. Jumlah pasukan kaum muslimin saat perang Badar menjadi bukti. Berkat doa Rasulullah, Perang Badar dimenangkan kaum muslimin. Maka, doa dan amal ialah dua kewajiban yang harus dilakukan.

*Ditulis sebagai syarat mengikuti DM 3
 Deadline: 21 Juni 2017, pukul 00.00 wib
Semoga ada harapan...


 Kendari, 22/06/2017
pukul 01.47 wita, Ramadhan ke 27

                                                                                                                  Qamra 'Awanta
Jadilah bagian dari golongan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar