Bangsa ini telah kehilangan arah sejak lama. Ibarat sebuah
kapal, (seolah) tak memiliki peta berlayar juga kompas. Maka bayangkanlah
akibat fatal dari kapal itu saat berada di samudra luas, terdampar atau hancur.
Lihatlah.. Semua saling melempar Tanya—“Mau dibawa kemana
Indonesia di masa akan datang?”. Menghela nafas pangjang, entah itu kali
keberapa telinga ini mendengarnya. Bosan. Jenuh. Geram. Pada siapa sebenarnya
pertanyaan itu tertujukan, jika rakyat dan pemimpinnya menanyakan hal yang
sama. Ah, sudahlah.. dari pada saling mempertanyakan, bukankah akan lebih bijak
jika pertanyaan itu tertuju untuk diri sendiri? Karna tak ada yang bisa
memastikan selain kalian—para rakyat dan pemimpin.
Hikmat Darmawan dalam tulisannya
mengatakan bahwa kesenjangan telah memecah belah bangsa ini. kesenjangan antara
yang miskin dan kaya; kesenjangan antara yang berkuasa dan tidak, kesenjangan
antara elite dan rakyat alit; kesenjangan antara idealitas kenegaraan dan
praktek birokrasi di lapangan; kesenjangan antara harapan dan kenyataan; pun
kesenjangan antara yang simbolik dengan realistik.
Keretakan bangsa ini perlu
direkatkan kembali. Dan semua itu hanya bisa mewujud nyata bila mana rakyat dan
pemimpinnya saling bergandeng tangan. Rakyat jangan membiarkan pemimpin
menyelesaikan sendiri permasalahan bangsa ini dan pemimpin berilah ruang luas
bagi rakyat untuk membantu, berdiskusi bersama tentang problem bangsa ini dan
mencari solusinya bersama. Kalau kata bang Hikmat Darmawan “jangan tetap
membudayakan ‘bermain dalam gelap’ yang bertumpu pada keharusan pasifnya
masyarakat”.
*sedikit coretan sembari menunggu Lingkaran Kita.
Qamra 'Awanta
untuk rakyat dan pemimpin, jangan semakin menambah runyam masalah Bangsa