“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam”
(Q.S Ali-Imran: 102)
Berbicara tentang mati
dalam keadaan islam, maka kita akan mengingat Rasulullah dan para sahabatnya
serta para mujahid(a) tentunya. Jika kita membaca sejarah, tentulah semuanya
sama. Sebab sejarah itu akan terulang. Pasti. Kendati manusia, tempat, dan
perannya berbeda; zamannya berbeda; peralatan yang digunakan lebih maju dan
berkembang, akan tetapi alur ceritanya tetap sama, pentas sejarah tetaplah
baku. Kisah permusuhannya hanya satu—“Kebenaran melawan Kebatilan”.
Berkenan dengan apa
yang terjadi saat ini, barulah awal dari bangkitnya kesadaran umat muslim yang
selama ini ditidur nyenyakkan oleh kezhaliman, kemunafikan, kejahiliyaan,
kekafiran yang terselubung dalam diri sekelompok penguasa. Saya teringat kepada
satu sosok mujahid Syaikh Umar Abrurrahman yang kehidupannya dipenuhi dengan
intimidasi. Keluar masuk penjara baginya biasa, diasingkan itu biasa, beliau
selalu sabar dan istiqomah dalam perjuangannya di jalan dakwah. sebab baginya
mengembalikan ummat islam pada jalan tauhid yang benar adalah kewajiban
terbesar bagi mereka yang mengaku hamba Allah.
Ada satu kalimat yang
saya ingat begitu jelas dalam suratnya (Surat Dari Garis Depan: Abdullah
Azzam), beliau menuliskan:
“Katakan
TIDAK pada KEZALIMAN”
Surat itu ia tujukan
pada para pemimpin Mesir yang selalu saja mengikut pada kediktatoran satu
orang, satu partai, dan satu pendapat; kepada para hakim Mesir yang secara tak
adil menetapkan hukum bagi pemuda muslim; kepada para tentara Mesir yang selalu
diperalat dan dibodohi oleh kelompok fundamentalis; kepada para penduduk Mesir
yang selalu teraniaya tetapi tetap saja berdiam dalam kebisuan. Beliau hanyalah
satu dari sekian mujahid yang syahid di jalanNya.
Di zaman eddan ini,
begitu banyak orang-orang lemah dan bernyali rendah. Memegang tongkat pada
bagian tengahnya, satu sisi ia menyatakan bergabung dengan ummatnya, sedang di
sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunianya sembari menunggu dan
melihat sisi manakah yang akan menang. Merekalah orang-orang munafikun yang
selalu Allah sebutkan dalam KitabNya.
“Dan
mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami
hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian
dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang
telah mereka katakan tadi. Allah
menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari
mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung”. (An-Nisa
: 81)
Sabar dan Yakin adalah jalan menuju kemenangan. Bersabar ketika ditimpa
musibah dan goncangan-goncangan yang menghadang. Yakin bahwa pertolongan Allah
itu ada., bahwa jalan keluar itu ada bersama kesulitan. Allah pasti menepati
janjiNya, “…barang siapa berwali kepada
Allah, rasulNya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya pasukan Allah lah
orang-orang yang menang”. (Al-Maidah:56)
Problematika ummat saat ini begitu sempurnah. Masalah, ujian, jebakan,
selalu menghiasi perjalanan panjang ini yang sewaktu waktu bisa menyesatkan
kita, hinggah akhirnya membawa kita pada kegagalan--gagal tafsir, gagal paham,
dan gagal tindak. Sebagai akhir dari tulisan ini, saya ingin mengingatkan
kembali kita semua pada nasehat Abu Mus’ab Al-Zarqawi:
“Kapan Kemenangan itu akan terjadi? Itu bukan
tugas kita untuk menjawab. Allah tidak pernah membebani kita untuk itu. Yang
Allah bebankan kepada kita adalah beramal untuk agama islam, membela syariat
islam, dan mencurahkan segala kemampuan untuk itu. Mengenai hasil, maka hanya
kita serahkan kepadaNya”.
*Sedikit berbagi pengetahuan guna menambah wawasan dalam cara pandang
yang berbeda-beda untuk dakwah ini
12/1/2016
Qamra ‘Awanta