Minggu, 25 Desember 2016

Salah



SALAH.  Kadang, kita merasa Ia seperti bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Kadang, kita merasa Ia seperti parasit yang sedikit demi sedikit menggorogoti tubuh juga jiwa. Kadang pula, kita merasa Ia adalah pemicu terbesar lahirnya egoisme dalam diri seseorang.

Tapi... tahukah kamu?? ‘Salah’ juga merupakan kompas penunjuk. Dari ‘Salah’ akan terlahir sebuah kebenaran. ‘Salah’ menjadikan kita tahu akan benar dan tidaknya perbuatan seseorang.

Lantas… mengapa kita harus bersedih manakala ‘Salah’ menimpa kita? Bukankah harusnya syukur yang terucap?? Bahkan sering kali kita tak mengakuinya manakala ‘Salah’ itu ada. Betapa kufurnya kita padaNya. Sebab, ‘Salah’ adalah bagian dari nikmatNya.

Setiap anak cucu Adam memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan.
Dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah mereka yang bertobat padaNya”. (H.R. Tirmidzi)
Salah adalah tabiat kita sebagai manusia, hamba Allah, sebagaimana yang Rasulullah katakan. Dan barangtentu ‘Salah’ juga harus bersisian dengan maaf dan taubat agar kita tidak menjadi hamba yang angkuh di hadapan Robb juga mahlukNya.

25-12-2016
22.24 wita, Kemaraya Kendari

#OneWeekOnePaper
#BahasaHati

Qamra ‘Awanta
Berterima kasihlah pada ‘Salah’

Rabu, 30 November 2016

Perspektif Problematika Ummat


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam” (Q.S Ali-Imran: 102)

Berbicara tentang mati dalam keadaan islam, maka kita akan mengingat Rasulullah dan para sahabatnya serta para mujahid(a) tentunya. Jika kita membaca sejarah, tentulah semuanya sama. Sebab sejarah itu akan terulang. Pasti. Kendati manusia, tempat, dan perannya berbeda; zamannya berbeda; peralatan yang digunakan lebih maju dan berkembang, akan tetapi alur ceritanya tetap sama, pentas sejarah tetaplah baku. Kisah permusuhannya hanya satu—“Kebenaran melawan Kebatilan”.

Berkenan dengan apa yang terjadi saat ini, barulah awal dari bangkitnya kesadaran umat muslim yang selama ini ditidur nyenyakkan oleh kezhaliman, kemunafikan, kejahiliyaan, kekafiran yang terselubung dalam diri sekelompok penguasa. Saya teringat kepada satu sosok mujahid Syaikh Umar Abrurrahman yang kehidupannya dipenuhi dengan intimidasi. Keluar masuk penjara baginya biasa, diasingkan itu biasa, beliau selalu sabar dan istiqomah dalam perjuangannya di jalan dakwah. sebab baginya mengembalikan ummat islam pada jalan tauhid yang benar adalah kewajiban terbesar bagi mereka yang mengaku hamba Allah.

Ada satu kalimat yang saya ingat begitu jelas dalam suratnya (Surat Dari Garis Depan: Abdullah Azzam), beliau menuliskan:
“Katakan TIDAK pada KEZALIMAN”

Surat itu ia tujukan pada para pemimpin Mesir yang selalu saja mengikut pada kediktatoran satu orang, satu partai, dan satu pendapat; kepada para hakim Mesir yang secara tak adil menetapkan hukum bagi pemuda muslim; kepada para tentara Mesir yang selalu diperalat dan dibodohi oleh kelompok fundamentalis; kepada para penduduk Mesir yang selalu teraniaya tetapi tetap saja berdiam dalam kebisuan. Beliau hanyalah satu dari sekian mujahid yang syahid di jalanNya.

Di zaman eddan ini, begitu banyak orang-orang lemah dan bernyali rendah. Memegang tongkat pada bagian tengahnya, satu sisi ia menyatakan bergabung dengan ummatnya, sedang di sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunianya sembari menunggu dan melihat sisi manakah yang akan menang. Merekalah orang-orang munafikun yang selalu Allah sebutkan dalam KitabNya.

Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.  Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung”. (An-Nisa : 81)

Sabar dan Yakin adalah jalan menuju kemenangan. Bersabar ketika ditimpa musibah dan goncangan-goncangan yang menghadang. Yakin bahwa pertolongan Allah itu ada., bahwa jalan keluar itu ada bersama kesulitan. Allah pasti menepati janjiNya, “…barang siapa berwali kepada Allah, rasulNya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya pasukan Allah lah orang-orang yang menang”. (Al-Maidah:56)

Problematika ummat saat ini begitu sempurnah. Masalah, ujian, jebakan, selalu menghiasi perjalanan panjang ini yang sewaktu waktu bisa menyesatkan kita, hinggah akhirnya membawa kita pada kegagalan--gagal tafsir, gagal paham, dan gagal tindak. Sebagai akhir dari tulisan ini, saya ingin mengingatkan kembali kita semua pada nasehat Abu Mus’ab Al-Zarqawi:

“Kapan Kemenangan itu akan terjadi? Itu bukan tugas kita untuk menjawab. Allah tidak pernah membebani kita untuk itu. Yang Allah bebankan kepada kita adalah beramal untuk agama islam, membela syariat islam, dan mencurahkan segala kemampuan untuk itu. Mengenai hasil, maka hanya kita serahkan kepadaNya”.

*Sedikit berbagi pengetahuan guna menambah wawasan dalam cara pandang yang berbeda-beda untuk dakwah ini

12/1/2016

Qamra ‘Awanta



Senin, 28 November 2016

Duhai 'Diri'




Duhai diri, bersyukurlah sebab IA memilihmu untuk menjadi pemeran dari permainan ini. sesederhana apapun peran itu, maksimal-lah dalam melakoninya. 

Duhai diri, yang dibutuhkan bukanlah kepintaran melainkan kemauan, kebersediaan, dan kesungguhan. Sebab bilamana kegagalan menjatuhkanmu berulang kali, kau akan selalu bangkit dan mencoba lagi.

Duhai diri, tetaplah tegar dimanapun waktu menempatkanmu. Seperti hujan yang tak pernah lelah untuk menguap, naik ke langit, lalu jatuh ke bumi. Menguap lagi, naik, dan jatuh lagi ke bumi. Demikian seterusnya. 

Duhai diri, kau hanya mahluk dengan segala ketidaktahuan pada apa yang terbaik bagimu, maka percayalah atas kehendakNya, pahami dan jalanilah tiap takdir yang IA urai satu per satu bagimu. 

Duhai diri, berterima kasihlah karna IA menghadirkanmu mereka--mereka yang percaya padamu, mereka yang katamu mencintainya, maka janganlah kecewa kau sisipkan pada relung hatinya.
  
Duhai diri, bersungguhlah dalam ber-niat, bertanggungjawablah pada ikrar yang terucap serta tiap cinta yang berkumandang. Agar semua bernilai mahal di mata-Nya dan di matanya..

*sedang merindukan Langit

Qamra 'Awanta
bersegeralah, semua sedang menanti dan menunggu(mu)
 

Minggu, 06 November 2016

Luka Rakyat



Demonstrasi jangan dijadikan sebagai alat pemaksa kehendak?
Agama jangan dijadikan sebagai alat pencapaian politik?
Demo umat islam merupakan propaganda politik?

 Geli saya mendengar plintiran kalian ini penguasa..

Benarkah? Benarkah negara ini berideologikan pancasila? Sedang yang katanya “ketuhanan yang Maha Esa” ternistakan? Sedang yang katanya “keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia” tak lagi didapatkan?

Apa yang salah ketika sebagian besar dari penduduk negeri ini turun ke jalan, menuntut agar hukum berjalan sesuai perundang-undangan, meminta keadilan saat pedoman hidup mereka dihina? Menghina Al-Qur’an, sama artinya dengan menghina Allah swt. Sebab Al-Qur’an adalah kalam Allah (perkataan Allah). Kita telah menyepakatinya bersama dalam pasal 29 bukan?
setiap warga negara berhak memeluk agamanya masing-masing
dan menjalankanya sesuai dengan kepercayaannya itu”

Benarkah? Benarkah negara ini negara hukum? Yang hanya dengan maaf, lantas tiap pelanggaran terabaikan begitu saja? Maka benarlah adanya jika negara ini tak lagi diperuntukkan kepada rakyatnya, tapi pada mereka--para penguasa.

Duhai pemimpin negeri ini. benarkah kau seorang muslim? Maaf bila ku meragukannya, karena laku dan lisanmu sendiri yang mengatakannya. Sebab seorang muslim akan sangat marah jika Al-Qur’an mujizat Allah dikatakan sebagai alat pembohongan, sangat sedih ketika mereka yang menyampaikan isi Al-Qur’an dikatakan berbohong. Moga Allah mengampuni dan memberikan petunjukNya padamu.

1 November 2016
 *Robbana.. Lindungi Negeri kami dari segala kemungkaran pemimpin dan rakyatnya :'(

Selasa, 20 September 2016

Apa Kabar Mimpi??



Apa kabar mimpi?
Sudah sampai mana kau mengejarnya?
Tampaknya lakumu tak sebesar inginmu. Lalu?
Apa yang harus kau perbuat?

Mengejar mimpi memang tak semudah yang dibayangkan. Butuh banyak pengorbanan. Tentunya, tekad, semangat, ikhtiar, dan tawakal harus bersisian mengiringinya. 

Kerikil-kerikil itu pasti ada. Jumlahnya trilliunan, mereka berserakan hampir disepanjang perjalanan. Ada yang nampak dipermukaan, ada pula yang tertutupi oleh debu jalanan. Maka bila kehati-hatian tak menyertaimu, kemungkinan besar kau tak akan pernah sampai di tujuan.

Proses mewujudkan mimpi itu bisa jadi cepat, bisa jadi lama. Tergantung, seberapa kuat kau mengayunkan langkah, seberapa kencang kau berlari  mengejarnya. Tak mudah memang, tapi bila kau yakin, maka seluruh alam pun malaikat kan membantumu mendapatkannya. Tetaplah bermimpi, teruslah bermimpi. Jangan berhenti sampai kau mendapatkannya ^_^

#MariMenulis
#MenulisRandom
#OneWeekOnePaper

Qamra ‘Awanta
Yakinlah pada kekuatan mimpi J