Rabu, 30 November 2016

Perspektif Problematika Ummat


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam” (Q.S Ali-Imran: 102)

Berbicara tentang mati dalam keadaan islam, maka kita akan mengingat Rasulullah dan para sahabatnya serta para mujahid(a) tentunya. Jika kita membaca sejarah, tentulah semuanya sama. Sebab sejarah itu akan terulang. Pasti. Kendati manusia, tempat, dan perannya berbeda; zamannya berbeda; peralatan yang digunakan lebih maju dan berkembang, akan tetapi alur ceritanya tetap sama, pentas sejarah tetaplah baku. Kisah permusuhannya hanya satu—“Kebenaran melawan Kebatilan”.

Berkenan dengan apa yang terjadi saat ini, barulah awal dari bangkitnya kesadaran umat muslim yang selama ini ditidur nyenyakkan oleh kezhaliman, kemunafikan, kejahiliyaan, kekafiran yang terselubung dalam diri sekelompok penguasa. Saya teringat kepada satu sosok mujahid Syaikh Umar Abrurrahman yang kehidupannya dipenuhi dengan intimidasi. Keluar masuk penjara baginya biasa, diasingkan itu biasa, beliau selalu sabar dan istiqomah dalam perjuangannya di jalan dakwah. sebab baginya mengembalikan ummat islam pada jalan tauhid yang benar adalah kewajiban terbesar bagi mereka yang mengaku hamba Allah.

Ada satu kalimat yang saya ingat begitu jelas dalam suratnya (Surat Dari Garis Depan: Abdullah Azzam), beliau menuliskan:
“Katakan TIDAK pada KEZALIMAN”

Surat itu ia tujukan pada para pemimpin Mesir yang selalu saja mengikut pada kediktatoran satu orang, satu partai, dan satu pendapat; kepada para hakim Mesir yang secara tak adil menetapkan hukum bagi pemuda muslim; kepada para tentara Mesir yang selalu diperalat dan dibodohi oleh kelompok fundamentalis; kepada para penduduk Mesir yang selalu teraniaya tetapi tetap saja berdiam dalam kebisuan. Beliau hanyalah satu dari sekian mujahid yang syahid di jalanNya.

Di zaman eddan ini, begitu banyak orang-orang lemah dan bernyali rendah. Memegang tongkat pada bagian tengahnya, satu sisi ia menyatakan bergabung dengan ummatnya, sedang di sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunianya sembari menunggu dan melihat sisi manakah yang akan menang. Merekalah orang-orang munafikun yang selalu Allah sebutkan dalam KitabNya.

Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi.  Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung”. (An-Nisa : 81)

Sabar dan Yakin adalah jalan menuju kemenangan. Bersabar ketika ditimpa musibah dan goncangan-goncangan yang menghadang. Yakin bahwa pertolongan Allah itu ada., bahwa jalan keluar itu ada bersama kesulitan. Allah pasti menepati janjiNya, “…barang siapa berwali kepada Allah, rasulNya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya pasukan Allah lah orang-orang yang menang”. (Al-Maidah:56)

Problematika ummat saat ini begitu sempurnah. Masalah, ujian, jebakan, selalu menghiasi perjalanan panjang ini yang sewaktu waktu bisa menyesatkan kita, hinggah akhirnya membawa kita pada kegagalan--gagal tafsir, gagal paham, dan gagal tindak. Sebagai akhir dari tulisan ini, saya ingin mengingatkan kembali kita semua pada nasehat Abu Mus’ab Al-Zarqawi:

“Kapan Kemenangan itu akan terjadi? Itu bukan tugas kita untuk menjawab. Allah tidak pernah membebani kita untuk itu. Yang Allah bebankan kepada kita adalah beramal untuk agama islam, membela syariat islam, dan mencurahkan segala kemampuan untuk itu. Mengenai hasil, maka hanya kita serahkan kepadaNya”.

*Sedikit berbagi pengetahuan guna menambah wawasan dalam cara pandang yang berbeda-beda untuk dakwah ini

12/1/2016

Qamra ‘Awanta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar