Minggu, 26 Juni 2016

Pribadi Tangguh



Pribadi tangguh, ialah mereka yang memiliki prinsip alias pegangan hidup. Maka siapa yang tak ber-prinsip, ia bak daun yang jatuh dari rantingnya. Terombang-ambing ditiup angin, tanpa tujuan yang jelas. Sedang mereka yang berprinsip, bak karang di lautan. Takkan terhempas oleh gelombang laut. Akan selalu dan tetap selalu kuat.

Pribadi tangguh, ialah mereka yang tak pernah mengizinkan hatinya untuk tersakiti. Meski ribuan bahkan jutaan orang menghampirinya dengan luka dan emosi. Ketangguhan pribadi akan membawanya pada penikmatan hidup yang sejatinya, walau menurut kasat mata orang-orang penderitaanlah yang terdapatkan. Sebagaimana bilal bin rabah. Seorang budak yang tak masalah bila dadanya tertindiskan batu besar dibawah terik matahari panas yang begitu menyengat kulit, di tengah padang pasir yang gersang. Yaa, siapa yang tak tahu kisah ini. semua orang akan tertunduk malu padanya, sebab keteguhannya dalam berprinsip. tauhid yang begitu kuat dan kokoh. Pribadi yang benar-benar tangguh. Jika melihat melalui mata orang-orang kafir, malang nian nasib si budak bilal. Ia akan mati mengenaskan oleh majikannya. Namun, jika kita melihat melalui mata bilal, maka itu adalah momen yang indah dan mengharu biru. Karna Allah swt kan membelinya dengan sangat mahal. Dengan surgaNya ..

Pribadi tangguh, ialah mereka yang meyakini bahwa penderitaan kan menyinggapi hidup kala Allah tak lagi bersamanya. Dan Allah tak akan bersamanya manakala ia telah berkhianat pada syahadat yang terikrarkan padaNya. Hanya akan berpegang teguh pada Allah yang Maha Besar. Tak ada yang lebih dicintainya selain Allah, sebab ia tau pasti bahwa cinta Allah padanya begitu besar bila dibandingkan cinta seluruh ibu dikumpulkan. 

Pribadi tangguh, ialah mereka yang menguatkan ruhiyanya dengan rukun iman. Lalu melapisinya dengan rukun islam. Maka perlindungan itu akan menghasilkan kualitas keimanan yang kuat terpelihara dan keteraturan yang seimbang. Hingga dalam berkehidupan, tiap tutur dan laku kan terjaga. Bersebab lahirnya merupakan transformasi alam pikiran yang berorbit pada suara hati Ilahiah. 

Pribadi tangguh, ialah mereka yang selalu mampu menghadapi berbagai perubahan dalam hidup. Dan pribadi tangguh itu adalah kamu. Yaa .. kamu yang mengamalkan seluruh penjabaran dan penjelasan di atas J ^_^

#Ramadhan18
23-06-2016 ; 22:49
Qamra ‘Awanta
Jadilah Pribadi Tangguh ..

Selasa, 21 Juni 2016

Tak Sealiran Rasa



Mereka bertanya tentang hal yang sama. Semuanya ..

Mulanya, pertanyaan-pertanyaan itu selalu membuat helaan nafas panjang di dada. Yang hanya bisa terjawabkan dengan senyuman tipis kedua bibir, tanpa memberikan apa yang mereka minta. Mungkin, aku benar-benar tak tahu. Mungkin, aku tahu tapi ragu menjawabnya. Mungkin pula tahu dan yakin pada jawabannya, namun terlalu sakit untuk terkatakan. 

Jika mereka saja bertanya-tanya, maka akupun demikian. Dua masa adalah waktu yang lama. Menjadi penghuni ‘langit’ yang kata kita mencintainya, terlalu banyak cerita yang kita selesaikan bersama. Cerita yang tak sekedar cerita. Cerita tentang orang-orang yang mencinta. Namun mengapa?? Daun itu terlalu muda untuk gugur dari pohonnya. 

Kau yang di sana. Aku merindukanmu. Mungkin sikap dan ucapan yang tertunjukkan tak mampu meyakinkanmu bahwa aku menyayangimu. Maka wajar saja, jika ada banyak hal tentangmu yang baru ku ketahui dari lisan lain setelah dua masa itu berlalu. Dari situ, aku sadar. Kita tak sealiran rasa.

Masih seperti kemarin. Aku ingin berjumpa denganmu. Berjumpa untuk berkata maaf. Maaf karena tak memberimu yang terbaik. Maaf karena ternyata bukan aku yang kau mau.

Tak Sealiran Rasa



Mereka bertanya tentang hal yang sama. Semuanya ..

Mulanya, pertanyaan-pertanyaan itu selalu membuat helaan nafas panjang di dada. Yang hanya bisa terjawabkan dengan senyuman tipis kedua bibir, tanpa memberikan apa yang mereka minta. Mungkin, aku benar-benar tak tahu. Mungkin, aku tahu tapi ragu menjawabnya. Mungkin pula tahu dan yakin pada jawabannya, namun terlalu sakit untuk terkatakan. 

Jika mereka saja bertanya-tanya, maka akupun demikian. Dua masa adalah waktu yang lama. Menjadi penghuni ‘langit’ yang kata kita mencintainya, terlalu banyak cerita yang kita selesaikan bersama. Cerita yang tak sekedar cerita. Cerita tentang orang-orang yang mencinta. Namun mengapa?? Daun itu terlalu muda untuk gugur dari pohonnya. 

Kau yang di sana. Aku merindukanmu. Mungkin sikap dan ucapan yang tertunjukkan tak mampu meyakinkanmu bahwa aku menyayangimu. Maka wajar saja, jika ada banyak hal tentangmu yang baru ku ketahui dari lisan penghuni lain setelah dua masa itu berlalu. Dari situ, aku sadar. Kita tak sealiran rasa.

Masih seperti kemarin. Aku ingin berjumpa denganmu. Berjumpa untuk berkata maaf. Maaf karena tak memberimu yang terbaik. Maaf karena ternyata bukan aku yang kau mau.

Minggu, 05 Juni 2016

BERKAH RAMADHAN, SELAMATKAN INDONESIA



Ahlan wa sahlan yaa Ramadhan ..
Dua hari lagi, kita kan jumpa dengannya. Semoga Allah memberi izin serta ridho-Nya untuk kita membersamai Ramadhan sebulan penuh. Allahumma aamiin ^^

Ramadhan adalah bulan dimana Allah memberikan berkah, rahmat, juga ampunan-Nya seluas-luasnya pada para hamba yang ber-iman dan bertakwa padaNya. Ramadhan adalah momen special bagi seluruh umat muslim untuk mendekatkan diri pada IA Sang Pemilik Kehidupan. Sebab, pahala dari setiap ibadah akan dilipat gandakan olehNya, bahkan setiap aktivitas kebaikan sekecil biji zahrapun tak luput dari hitunganNya. Subhanallah ..

Allah swt dalam Q.S Al-Baqarah:183 dengan tegas memerintahkan kepada para hamba yang mengaku ber-iman kepadaNya untuk berpuasa;
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa

Lalu, Allah kembali menjelaskan dan memerintahkan pelaksanaan ibadah puasa itu dalam Q.S Al-Baqarah: 185;
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil). Karena itu, siapa diantara kamu ada dibulan itu, maka BERPUASALAH…”

Berangkat dari ayat di atas, jika kita membaca sejarah, maka kita akan menemukan dua prestasi gemilang yang diperoleh umat islam saat Ramadhan yakni, turunnya Al-Qur’an dan kemenangan kaum muslimin di perang badar.

Turunnya Al-Qur’an yang diperingati setiap malam ke tujuh belas pada bulan Ramadhan atau yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar merupakan anugerah terbesar dari Allah bagi umat islam di muka bumi, bahkan bagi seluruh umat manusia. Umat islam meyakini bahwa Al-Qur’an sebagai kitab suci, petunjuk, pedoman hidup, sumber dari segala aturan Hukum, bahkan mukjizat yang keberadaannya tak pernah lekang sampai akhir zaman. Kesempurnaan ajaran Islam begitu jelas tertuliskan dalam Al-Qur’an bagi kehidupan manusia hingga tak ada satu-pun yang terlewatkan di dalamnya juga terjaga kesuciannya sebagaimana yang dijanjkan Allah swt dalam Q.S Al-Hijr: 9;
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”.

Begitu pun dengan Perang Badar. Perang yang berlangsung di bulan Ramadhan itu telah tercatat dalam sejarah dunia. Kaum muslimin yang berjumlah 300 orang diperhadapkan pada rezim kekuasaan musyrikin yang dari awal membenci islam. Saat itu jumlah kaum muslimin sangat sedikit, orang-orang yang ahli berperang-pun tak banyak, ditambah persenjaataan yang tidak lengkap, namun atas izin Allah kaum muslimin menang dan mampu mengalahkan pasukan kaum musyrikin yang jumlahnya tiga kali lipat dari jumlah pasukan mereka. Hal tersebut menjadi batu loncatan pertama atas kesuksesan ajaran Islam yang kala itu masih sangat muda, juga sebagai bukti atas ke-Maha Kuasa-an Allah swt sekaligus pemenuhan janji dari ajaran RasulNya.

Sebagaimana yang dikatakan Yuli Andriansyah dalam tulisannya, kedua peristiwa besar itu memiliki relevansi bagi bangunan peradaban Islam. Ayat pertama yang diturunkan dalam Al-Qur’an berisi seruan kepada umat manusia untuk membaca (Q.S Al-Alaq: 1-5). Membaca yang dimaksudkan adalah membaca dengan penuh keinsyafan atas segala Kuasa Illahi di alam semesta, dimulai dengan membaca diri sendiri melalui proses penciptaannya. Nah, kelima ayat tersebut memberi petunjuk jelas bahwa ilmu pengetahuan menjadi hal urgen dalam membangunan peradaban Islam. Islam dengan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utamanya, telah membangun fondasi yang kokoh bagi peradaban berbasis ilmu pengetahuan melalui wahyu pertama. Terbukti, berbagai penelitian serta temuan para ahli menunjukkan kebenaran isi yang terkandung dalam Al-Qur’an sehingga sangat wajar jika khalayak mengatakan Al-Qur’an sebagai sumber informasi dari segala ilmu baik kesehatan, teknologi, politik, budaya, hukum, dsb.

Akan tetapi, tak cukup bila bermodalkan ilmu pengetahuan saja dalam membangun fondasi peradaban yang besar. Menurut Sayyid Qutub, keyakinan yang teguh dan mendalam akan kebenaran yang dibawa sebuah ajaran juga diperlukan. Hal itu dapat dilihat dan terbuktikan saat kemenangan kaum muslimin di perang badar. Perang dalam peradaban manapun merupakan konsekuensi logis dari upaya mempertahankan eksistensi sekaligus menjadi wujud pengakuan akan harga diri. Salah satu faktor penyebab bangsa-bangsa besar di dunia ini, mulai dari Yunani,  Imperium Romawi, Inggris Raya, Prancis, hingga Amerika Serikat, selalu menjadi yang terdepan dalam membangun peradaban adalah karena ditopang oleh kekuatan militer dan prestasi tempurnya. Perang memang merupakan sesuatu hal yang merusak dan membahayakan. Namun, dalam kerangka meraih dan mempertahankan kemerdekaan sebuah bangsa, perang menjadi pilihan terbaik bagi peradaban untuk menunjukkan harga dirinya.

Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, baiknya semangat bulan Ramadhan lebih nyata diwujudkan di tengah keterbelakangan bangsa secara masif, baik dalam aspek pendidikan, politik, budaya, maupun aspek lainnya di wilayah regional. Keterbelakangan di bidang pendidikan antara lain mengakibatkan besarnya ketimpangan sosial di masyarakat dan ketidakmampuan rakyat bersaing dalam MEA. Sedangkan pada aspek politik dan budaya, keterbelakangan menyebabkan mudahnya bangsa ini menerima hinaan bangsa lain akibat lemahnya kemauan pemerintah untuk melawan, padahal dukungan rakyatnya demikian besar. Maka dari itu, mari kita jadikan semangat Ramadhan sebagai momentum untuk Indonesia bangkit dari segala keterpurukan, penjajahan, ketidakadilan, kemiskinan dan kebodohan, dengan meningkatkan kualitas daya saing SDM-nya. Semoga berkah Ramadhan mampu menyelamatkan Indonesia dari berbagai polemik yang ada, hingga cita-cita untuk mewujudkan kemerdekaan dan kejayaan Indonesia tercapai.