Ahlan
wa sahlan yaa Ramadhan ..
Dua
hari lagi, kita kan jumpa dengannya. Semoga Allah memberi izin serta ridho-Nya
untuk kita membersamai Ramadhan sebulan penuh. Allahumma aamiin ^^
Ramadhan
adalah bulan dimana Allah memberikan berkah, rahmat, juga ampunan-Nya
seluas-luasnya pada para hamba yang ber-iman dan bertakwa padaNya. Ramadhan
adalah momen special bagi seluruh umat muslim untuk mendekatkan diri pada IA
Sang Pemilik Kehidupan. Sebab, pahala dari setiap ibadah akan dilipat gandakan
olehNya, bahkan setiap aktivitas kebaikan sekecil biji zahrapun tak luput dari
hitunganNya. Subhanallah ..
Allah
swt dalam Q.S Al-Baqarah:183 dengan tegas memerintahkan kepada para hamba yang
mengaku ber-iman kepadaNya untuk berpuasa;
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertakwa”
Lalu,
Allah kembali menjelaskan dan memerintahkan pelaksanaan ibadah puasa itu dalam
Q.S Al-Baqarah: 185;
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang
didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan
yang bathil). Karena itu, siapa diantara kamu ada dibulan itu, maka BERPUASALAH…”
Berangkat
dari ayat di atas, jika kita membaca sejarah, maka kita akan menemukan dua
prestasi gemilang yang diperoleh umat islam saat Ramadhan yakni, turunnya
Al-Qur’an dan kemenangan kaum muslimin di perang badar.
Turunnya
Al-Qur’an yang diperingati setiap malam ke tujuh belas pada bulan Ramadhan atau
yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar merupakan anugerah terbesar dari Allah
bagi umat islam di muka bumi, bahkan bagi seluruh umat manusia. Umat islam
meyakini bahwa Al-Qur’an sebagai kitab suci, petunjuk, pedoman hidup, sumber
dari segala aturan Hukum, bahkan mukjizat yang keberadaannya tak pernah lekang
sampai akhir zaman. Kesempurnaan ajaran Islam begitu jelas tertuliskan dalam
Al-Qur’an bagi kehidupan manusia hingga tak ada satu-pun yang terlewatkan di
dalamnya juga terjaga kesuciannya sebagaimana yang dijanjkan Allah swt dalam
Q.S Al-Hijr: 9;
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”.
Begitu
pun dengan Perang Badar. Perang yang berlangsung di bulan Ramadhan itu telah
tercatat dalam sejarah dunia. Kaum muslimin yang berjumlah 300 orang
diperhadapkan pada rezim kekuasaan musyrikin yang dari awal membenci islam.
Saat itu jumlah kaum muslimin sangat sedikit, orang-orang yang ahli
berperang-pun tak banyak, ditambah persenjaataan yang tidak lengkap, namun atas
izin Allah kaum muslimin menang dan mampu mengalahkan pasukan kaum musyrikin
yang jumlahnya tiga kali lipat dari jumlah pasukan mereka. Hal tersebut menjadi
batu loncatan pertama atas kesuksesan ajaran Islam yang kala itu masih sangat
muda, juga sebagai bukti atas ke-Maha Kuasa-an Allah swt sekaligus pemenuhan
janji dari ajaran RasulNya.
Sebagaimana
yang dikatakan Yuli Andriansyah dalam tulisannya, kedua peristiwa besar itu
memiliki relevansi bagi bangunan peradaban Islam. Ayat pertama yang diturunkan
dalam Al-Qur’an berisi seruan kepada umat manusia untuk membaca (Q.S Al-Alaq:
1-5). Membaca yang dimaksudkan adalah membaca dengan penuh keinsyafan atas
segala Kuasa Illahi di alam semesta, dimulai dengan membaca diri sendiri
melalui proses penciptaannya. Nah, kelima ayat tersebut memberi petunjuk jelas bahwa
ilmu pengetahuan menjadi hal urgen dalam membangunan peradaban Islam. Islam
dengan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utamanya, telah membangun fondasi yang
kokoh bagi peradaban berbasis ilmu pengetahuan melalui wahyu pertama. Terbukti,
berbagai penelitian serta temuan para ahli menunjukkan kebenaran isi yang
terkandung dalam Al-Qur’an sehingga sangat wajar jika khalayak mengatakan
Al-Qur’an sebagai sumber informasi dari segala ilmu baik kesehatan, teknologi,
politik, budaya, hukum, dsb.
Akan
tetapi, tak cukup bila bermodalkan ilmu pengetahuan saja dalam membangun
fondasi peradaban yang besar. Menurut Sayyid Qutub, keyakinan yang teguh dan
mendalam akan kebenaran yang dibawa sebuah ajaran juga diperlukan. Hal itu
dapat dilihat dan terbuktikan saat kemenangan kaum muslimin di perang badar. Perang dalam peradaban manapun merupakan konsekuensi
logis dari upaya mempertahankan eksistensi sekaligus menjadi wujud pengakuan
akan harga diri. Salah satu faktor penyebab bangsa-bangsa besar di dunia ini,
mulai dari Yunani, Imperium Romawi, Inggris Raya, Prancis, hingga Amerika
Serikat, selalu menjadi yang terdepan dalam membangun peradaban adalah karena
ditopang oleh kekuatan militer dan prestasi tempurnya. Perang memang merupakan
sesuatu hal yang merusak dan membahayakan. Namun, dalam kerangka meraih dan
mempertahankan kemerdekaan sebuah bangsa, perang menjadi pilihan terbaik bagi
peradaban untuk menunjukkan harga dirinya.
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di
dunia, baiknya semangat bulan
Ramadhan lebih nyata diwujudkan di tengah keterbelakangan bangsa secara masif, baik
dalam aspek pendidikan, politik, budaya, maupun aspek lainnya di wilayah
regional. Keterbelakangan di bidang pendidikan antara lain mengakibatkan
besarnya ketimpangan sosial di masyarakat dan ketidakmampuan rakyat bersaing
dalam MEA. Sedangkan pada aspek politik dan budaya, keterbelakangan menyebabkan
mudahnya bangsa ini menerima hinaan bangsa lain akibat lemahnya kemauan
pemerintah untuk melawan, padahal dukungan rakyatnya demikian besar. Maka dari
itu, mari kita jadikan semangat Ramadhan sebagai momentum untuk Indonesia bangkit
dari segala keterpurukan, penjajahan, ketidakadilan, kemiskinan dan kebodohan,
dengan meningkatkan kualitas daya saing SDM-nya. Semoga berkah Ramadhan mampu
menyelamatkan Indonesia dari berbagai polemik yang ada, hingga cita-cita untuk
mewujudkan kemerdekaan dan kejayaan Indonesia tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar